Rabu, 30 Maret 2016

Ketika Saya Merantau, bapak meninggal

Mengingat2 masa silam . Saya masih ingat hari itu adalah hari selasa, berita final yang saya dapat dari kampung adl bahwa bapak sudah tenang di alam sana, dia sudah kembali ke penciptanya dan keluarga berharap saya tetap bisa mengendalikan diri, biarlah mereka saja yang mengurus jasad bapak.

Saya sebagai anak rantau memang dilema, tinggal jauh dari rumah dan apalagi minggu-minggu ini saya sedang dalam masa2 ujian. Saya adalah seorang mahasiswa tahun 3 di universitas al-Azhar cabang zagazig. Masih ada beberapa mata pelajaran lagi yang akan diujikan beberapa hari kedepan, pada hari kamisnya 15 juni, ada ujian takhrij atau hadis tahlili (hemmm.. saya lupa), yang jelas pelajaran itu dibawakan oleh duktur mamduh, dosen favorit saya. Hari minggunya juga masih ada ujian, Gimana ya?? Harus kah saya merasibkan diri karena musibah yang datang ini dan lansung pulang saja ke kampung dulu?

Aku dan Perjalanan ke Mesir




Tentang masa silam dulu, ketika semangat utk mengotak-atik potongan2 asa lebih mirip kepada fanatis disbanding realistis , setiap hari saya sering termenung dg ditemani sebuah harapan, berharap semoga setiap potongan2 kecil itu bisa tepat jatuh ditempat yang pas agar di hari H nanti menjelma menjadi sebuah gambar besar yang selaras, minimal bisa dibaca.
Memori ini muncul tanpa diundang, saat itu saya beres2 mau pindah kos, saya ketemu buku catatan usang saya, catatan perjuangan2 saja spy bisa lulus tes ke mesir dan usaha saya mengajukan proposal ke sana dank e sini tanpa memikirkan rasa malu untuk meminta belas kasihan kepada mereka yang diberi keluasaan  rezeki oleh tuhan. Juga masuk ke kantor2 yg bergerak dalam pengumpulkan infak, sadaqah dan zakat. Dengan muka tebal saya masukin aja proposal walaupun kemungkinan dapat bantuan kata orang2 sangat sedikit.